Senin, 07 Oktober 2013

Raja dari Kerajaan Wu
Nama Lengkap: Sun Zoumou
Lahir: A.D. 182
Meninggal: A.D. 252
Ayah: Sun Jian
Saudara: Sun Ce (A.D. 175), Sun Yi (A.D. 184), Sun Kuang (A.D. 186), Sun Lang (A.D. 187)
Anak: Sun Deng (A.D. 209), Sun He (A.D. 224), Sun Xiu (A.D. 235), Sun Liang (A.D. 243)
Cucu: Sun Hao (anak Sun He)
Dapat dianggap sebagai orang yang sangat beruntung. Pada usia yang masih muda, Sun Quan menerima takhta Kerajaan Wu dari sang kakak, Sun Ce.
Muda dan tidak memiliki pengalaman, dia mengikuti petunjuk yang diberikan oleh sang kakak. Untuk urusan dalam negeri meminta nasehat Zhang Zhao, dan untuk urusan luar negeri meminta nasehat Zhou Yu. Dengan nasehat dan bimbingan kedua orang tersebut, Sun Quan berjaya mengelola daerah kekuasaannya dan berusaha memperluas.
Sun Quan menginginkan daerah Jingzhou yang berada dalam kekuasaan Liu Biao. Penyerangan dilakukan terhadap Jiangxia dan Xiakuo yang dijaga oleh Huang Zu, salah seorang jenderal perang Liu Biao. Tentara Sun Quan mendapatkan kemenangan.
Kemudian pada saat Cao Cao berusaha menguasai daerah selatan dan membawa tentara yang besar, Sun Quan dihadapkan kepada dua pilihan, apakah dia menerima ajakan Cao Cao untuk menghilangkan Liu Bei atau menerima ajakan Liu Bei untuk melawan Cao Cao.
Diberi nasehat oleh Zhou Yu, Sun Quan menerima ajakan Liu Bei untuk bersama-sama melawan Cao Cao. Kedua kekuatan yang bermusuhan menempati posisi yang berseberangan pada kedua sisi Sungai Yangtze di Chibi. Peperangan besar tersebut memberikan kekalahan bagi pihak Cao Cao. Kemenangan Kerajaan Wu dalam peperangan ini memberikan hasil yang besar dikemudian hari untuk mempertahankan Kerajaan Wu dari serangan Kerajaan Wei dengan menggunakan Sungai Yangtze sebagai garis pertahanan alam yang sangat menguntungkan bagi Kerajaan Wu.
Penyerangan terhadap wilayah kekuasaan Cao Cao melalui Hefei tidak membawa hasil. Pada kenyataannya, baik pihak Kerajaan Wu atau Wei tidak berhasil meletakkan landasan yang kuat di seberang sisi dari Sungai Yangtze.
Sun Quan memiliki sebuah keinginan utama untuk menguasai Jingzhou dari Liu Bei, yang akhirnya berhasil dilaksanakan setelah bekerja sama dengan Kerajaan Wei. Jingzhou jatuh dan Guan Yu tertangkap. Tidak ada yang mengira bahwa hukuman mati yang dikenakan terhadap Guan Yu membawa kemarahan besar bagi Liu Bei (Kerajaan Shu).
Kerajaan Wu hampir berpindah tangan karena serangan gencar dari Kerajaan Shu, beruntung pada saat terakhir Sun Quan mengangkat Lu Xun sebagai Panglima Perang. Sekali lagi Sun Quan dihimbau untuk bekerja sama dengan Kerajaan Shu demi melawan Kerajaan Wei. Kerja sama dengan Kerajaan Shu bertahan lama hingga kejatuhan Kerajaan Wu ke tangan Kerajaan Wei.




Zhao Yun, Ksatria Bertombak dari Kerajaan Shu


Zhao Yun adalah seorang jenderal militer terkemuka di masa perang saudara di akhir zaman dinasti Han, atau lebih dikenal dengan era Tiga Kerajaan. hampir seluruh masa karir Zhao Yun dihabiskan untuk membela Liu Bei, sang pendiri dinasti Shu Han. Dalam salinan sastra dan catatan sejarah, Zhao Yun termasuk salah satu dari 5 Jenderal Besar Cina. Sedikit berbeda dari jenderal besar lainnya, catatan sejarah Zhao Yun sangat sedikit sehingga tidak banyak fakta mendetail mengenai perjalanan hidupnya.

Zhao Yun lahir di Zhending, bagian dari provinsi Changsan (sekarang Hebei) sekitar tahun 168 AD. Ia bergabung dengan tuan tanah Gongzun Zan di akhir tahun 191 sebagai komandan dari sebuah kelompok sukarelawan kecil. Di tahun 192, ia bekerja di bawah otoritas Liu Bei yang saat itu hanya berpangkat mayor, di bawah kekuasaan Gongzun Zan. Zhao Yun bekerja sebagai komandan dati pasukan kavaleri milik Liu Bei. Ia pernah meninggalkan Gongzun Zan dan Liu Bei untuk menghadiri pemakaman kakaknya dan kembali bergabung di tahun 200 ketika Liu Bei dikalahkan Cao Cao dan lari ke Yuan Zhao. Sejak itu, Zhao Yun bersahabat erat dengan Liu Bei. Novel Samkok memaparkan eratnya persahabatan mereka sampai mereka sampai mereka berdua tidur yang sama di kota Ye. Saat berada di kota itu pula, Liu Bei mengirim Zhao Yun secara rahasia untuk merekrut lebih banyak orang untuk bergabung dengan tentara Liu Bei di Yuan Zhao. Zhao Yun mengikuti Liu Bei dengan setia dalam perjalanannya menaklukkan bagian utara Cina.

Di tahun 202, Zhao Yun berpartisipasi dalam pertempuran Bowang melawan Xiahou Dun, jenderal yang melayani Cao Cao. Saat pertempuran berlangsung, Zhao Yun mengangkap Xiahou Lan yang ternyata berasal dari kampung yang sama dan mengenal satu sama lain. Ia memohon pada Liu Bei untuk tidak membunuh Xiahou Lan dan memintanya untuk merekrut Xiahou Lan yang menguasai hukum sebagai hakim pasukan. Liu Bei mengabulkannya. Namun, ia tidak pernah bekerja dengan Xiahou Lan agar dapat bekerja secara profesional. Pada tahun 208, Zhao Yun menghilang dari pertempuran Changban. Pada saat itu Liu Bei melarikan diri dengan meninggalkan keluarganya. Ketika Zhao Yun menghilang, kubu Cao Cao menyebarkan isu bahwa Zhao Yun telah berkhianat. Namun ternyata Zhao Yun pergi untuk menyelamatkan istri dan anak Liu Bei. Atas kesetiaannya, Zhao Yun dipromosikan sebagai salah satu jenderal utama pasukan Liu Bei.

Setelah pertempuran Tebing Merah, Zhao Yun memegang peranan penting dalam menaklukkan wilayah Jiangnan. Saat itu, ia pernah dibujuk oleh Zhao Fan untuk menikahi adik iparnya. Namun, Zhao Yun menolak dan khawatir dengan tindakan Zhao Fan. Pada akhirnya kekhawatiran Zhao Yun terbukti karena Zhao Fan melarikan diri.

Novel Tiga Kerjaan menggambarkan Zhao Yun memiliki kekuatan fisik luar biasa serta sangat piawai dalam bela diri. Contoh kisah heroik yang menggambarkan kehebatan Zhao Yun adalah ketika ia bertempur di Changban untuk menyelamatkan bayi Liu Bei. Sambil menggendong bayi, ia bertarung melawan 5000 prajurit musuh. Kagum akan kekuatan Zhao Yun, Cao Cao memerintahkan anak buahnya untuk menangkapnya hidup-hidup tapi usahanya gagal. Ketika mengembalikan Liu Shan, bayi Liu Bei, Liu Bei marah besar pada anaknya sendiri karena ia menganggap bahwa anaknya telah membahayakan salah satu jenderal terbaiknya lalu melemparkan anaknya. Namun, Zhao Yun berhasil menangkapnya.

Di tahun 221, Liu Bei mengangkat diri sebagai kaisar Shu Han dan mendeklarasikan perang terhadap Sun Quan sebagai tindakan balas dendam atas kematian Guan Yu, sekaligus terebutnya provinsi Jing. Zhao Yun membujuk Liu Bei untuk tidak memulai perang tetapi menyerang Cao Wei terlebih dahulu. Sayangnya Liu Bei menolak dan menyerang sembarangan serta pada akhirnya mengalami kekalahan. Ketika Liu Bei kalah, pasukan Zhao Yun pindah ke Yong'an. Setelah tahun 227, Zhuge Liang mengirim Zhao Yun ke Jigu sebagai umpan dalam melawan pasukan utama Wei yang dipimpin Cao Zhen. Oleh karena pasukan Zhuge Liang mengalami kekalahan, pasukan Zhao Yun harus mundur. Pada tahun 229, ia meninggal di Hanzhong dan membuat pasukan Shu berduka. Ia dianugerahi gelar Shunping Marquis dari Liu Shan atas jasa-jasanya.

Di dalam game Dynasty Warrior yang diproduksi oleh Koei, Zhao Yun adalah karakter sentral. Ia selalu hadir di setiap cover game dan karakternya sering dimunculkan dalam screenshot promo. Dalam Dynasty Warrior 6, ia memakai armor baru berwarna perak dan tombak bernama Dragon Spike.


Zhu Ge Liang
Sudah lama saya tidak menulis catatan…. malam ini ketika mencari data tambahan dalam perkuliahan, penulis menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan yang muncul setelah penulis melihat film “Red Cliff”. Bagi teman-teman sekalian yang pernah melihat film Red Cliff 1 & 2, pasti menemukan keseruan, kecerdasan dan ketangkasan mengatur strategi dari seorang ahli strategi bernama Zhuge Liang. Begitu mempesonanya film tersebut dikemas, sehingga kita dapat menikmati “SENI” pertarungan manajemen strategic di dalamnya. Setelah melihat kedua film tersebut, dalam benak saya pernah muncul pertanyaan “Ini diangkat dari sebuah kisah nyata atau tidak ya……?” Teman-teman di tempat kuliah ada yang menjawab “bukan”, ini hanyalah sebuah cerita saja. tapi ada juga yang menjawab “mungkin saja”.
Catatan : Kalau ingin tahu dimana serunya, Lebih baik teman-teman yang belum melihat film Red Cliff, coba lihat dulu film red cliff-nya agar tahu kenikmatan melihat pertarungan strateginya.
Nah ketika mencoba mencari data, penulis menemukan kalau ternyata Zhuge Liang adalah seorang tokoh yang sangat dikagumi di Cina. dan memang dia terkenal karena kehandalannya membuat strategi.
Ketika mencoba membaca data-data sejarah kerjaan Cina di abad ke-3, ternyata strategi yang dibuat oleh Zhuge Liang cukup banyak dan luar biasa bagusnya. (akan saya tulis dicatatan berikutnya tentang strategi-strategi yang pernah dibuat oleh Zhuge Liang tapi tidak tertampilkan di film Red Cliff).
Semakin mempelajari sejarahnya, membuat saya termotivasi untuk belajar lebih semangat menjadi orang besar yang memiliki karya besar hingga terukir dalam sejarah. Ketika kita ingin jadi orang yang memiliki banyak karya atau menjadi orang yang besar, ada beberapa cara, diantaranya adalah melihat bagaimana proses seseorang tadi menjadi orang besar, atau bagaimana ketika dia jadi orang besar, atau juga apa ilmu yang diajarkan dia saat dia menjadi orang besar.
Menurut saya, orang seperti Zhuge Liang pasti berusaha menurunkan ilmunya pada seseorang, dan dia pasti telah belajar dari pengalaman-pengalaman selama hidupnya ketika mengajarkan ilmu tersebut. oleh karena itu, Mari kita simak bagaimana Kong Ming (nama aslinya Zhuge Liang (諸葛亮), ahli strategi militer kerajaan Shu pada zaman Samkok, abad ke-3) yang tersohor itu mendidik puteranya:

PELAJARAN KE-1: KEKUATAN HENING

Zhuge Liang mengingatkan kepada putranya, ketenangan, berpikir dengan tenang dan instrospeksi, baru bisa mengultivasi jiwa dan raga. Jika tak ada ketenangan, tak akan mampu merencanakan masa depan dengan efektif.
Selain itu persyaratan utama dalam pendidikan ialah, memiliki suasana tenteram. Orang zaman sekarang kebanyakan seharian sibuk, bukankah sebaiknya Anda di dalam kesibukan dapat menenangkan diri Anda, renungkan sejenak arah kehidupan manusia?

PELAJARAN KE-2: KEKUATAN BERHEMAT

Ia menasehati putranya agar berhemat, untuk pembinaan moralitas diri sendiri. Dengan seksama mengatur aset, mempertimbangkan pemasukan ketika mengeluarkan uang, selain bisa lolos dari kerisauan dalam berhutang, malah bisa hidup dengan sederhana dan berdisiplin, tak diperbudak oleh materi.
Di dalam masyarakat beradab yang merangsang orang untuk konsumtif, apakah Anda pernah berpikir tentang manfaat berhemat?

PELAJARAN KE-3: KEKUATAN PERENCANAAN

Menasehati putranya dalam kehidupan harus ada rencana, jangan dalam segala hal mengutamakan nama dan kepentingan, baru bisa paham tentang tujuan hidup diri sendiri.
Dalam menghadapi masa depan, apakah Anda memiliki idealisme? Apakah Anda memiliki misi? Apakah Anda memiliki pandangan hidup sendiri?

PELAJARAN KE-4: KEKUATAN BELAJAR

Menasehati putranya tentang suasana yang tenang sangat bermanfaat dalam belajar, tentu diiringi dengan suasana jiwa yang tenang dan damai, akan semakin melipat-gandakan hasil.
Zhuge Liang bukan penganut teori bakat, ia percaya ketrampilan adalah hasil dari belajar. Sudahkah Anda sepenuh hati dalam belajar? Apakah Anda percaya mau bergiat baru ada sukses?

PELAJARAN KE-5: KEKUATAN NILAI TAMBAH

Ia mengingatkan putranya, investasi di dalam kehidupan, hendak mempunyai nilai tambah harus mempunyai tekad dahulu, tidak mau belajar dengan giat, maka tidak bisa menambah ketrampilan diri sendiri.
Akan tetapi, di dalam proses belajar, tekad dan keuletan sangatlah penting. Karena kekurangan kekuatan tekad, bisa gagal di tengah jalan.
Pernahkah Anda memikirkan, pada awal kegiatan banyak yang datang, tetapi hanya sedikit yang dapat bertahan sampai akhir?

PELAJARAN KE-6: KEKUATAN KECEPATAN

Ia mengingatkan puteranya jika mengulur-ulur setiap permasalahan maka tidak akan mampu menguasai hal krusial dengan cepat.
Komputer telah merakyat yang menandakan zaman kecepatan telah tiba. Tak dinyana, kecerdasan orang arif pada 1.800 tahun silam, kebetulan juga sama dengan zaman sekarang.
Lebih cepat 1 langkah daripada orang lain, selain mudah mencapai idealismenya, juga memiliki waktu yang lebih banyak untuk merevisi dan memperbaikinya.

PELAJARAN KE-7: KEKUATAN WATAK

Zhuge Liang mengingatkan puteranya, apabila terlalu terburu nafsu maka tidak dapat menempa watak. Psikiater mengatakan, “Pikiran mempengaruhi tindakan, tindakan mempengaruhi kebiasaan, kebiasaan mempengaruhi watak, watak mempengaruhi nasib.”
Zhuge Liang memahami bahwa di dalam kehidupan diharuskan melakukan bermacam-macam tindakan penyeimbang, harus “gigih dalam mengerjakan sesuatu”, juga sekaligus “membenahi watak”. Bukankah Anda hendak meningkatkan kualitas watak Anda sendiri?

PELAJARAN KE-8: KEKUATAN WAKTU

Ia memperingatkan kepada puteranya bahwa waktu bergulir dengan cepat, tekad kuat bisa saja terkikis habis oleh waktu, “Tidak bergiat di kala muda, duka nestapa di hari tua.”
Manajemen waktu adalah konsep manusia zaman sekarang, coba pikirkan dengan teliti, waktu itu tak mampu diatur, setiap hari 24 jam, tak lebih dan tak kurang. Hanya mengatur diri sendiri dapat memanfaatkan setiap menit dan setiap detik barulah metode terbaik. Coba Anda renungkan, apakah Anda pernah membuang-buang waktu?

PELAJARAN KE-9: KEKUATAN DAYA IMAJINASI

mengatakan kepada puteranya bahwa waktu terus berjalan, ketika diri sendiri berubah tidak selaras dengan dunia, menyesalinya kemudian tak juga dapat diperbaiki. Harus mengerti “Persiapan mental setiap saat, apabila terjadi hal tak terduga”, tidak panik di saat bahaya mengancam.
Daya imajinasi lebih berperan dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Sudahkah Anda, dalam berpikir bertitik-tolak dari yang makro, dan menindak-lanjutinya secara mikro, dengan tulus dan sungguh hati merencanakan kehidupan?

PELAJARAN KE-10: KEKUATAN YANG SEDERHANA

Selembar surat yang ditulis oleh Zhuge Liang kepada puteranya, hanya menggunakan 86 aksara, dengan ringkas pesan telah tersampaikan.
Saya percaya pengungkapan yang sederhana bersumber dari pikiran yang jernih. Isi yang terlalu bertele-tele, mudah membuat orang jemu. Komunikasi yang sederhana hasilnya lebih efektif.
Apakah Anda memahami konsep komunikasi sederhana dengan “bertutur-kata dan menulis yang berbobot”?
Semoga cerita diatas dapat bermanfaat bagi kita semua…. selamat berkembang menjadi orang-orang besar…. Belajar bagaimana orang besar membuat

Jumat, 04 Oktober 2013


Senin, 08 Oktober 2012

                                              "THREE KINGDOM"

 okay... marilah kita mulai dari kerajaan shu..

kerajaan yang di pimpin oleh liu bei (161- 10 june 223)

liu bei yang terkenal ramah dan darmawan itu mendapatkan julukan bernama

"NAGA TIDUR" meskipun dia mendapatkan julukan itu tetapi dia lemah dalam menghadapi "STRATEGY''. Sehingga strategy di tugaskan oleh    "zhuge liang "

liu bei mati karena terserang penyakit... sehingga  tahta kerajaan di ganti oleh anak nya "LIU CHAN"

KEHANCURAN Kerajaan SHU akibat Perang di KOTA yi  ling.. 

kalau anda mainkan dalam Video game .. APABILA anda mengunakan 

kerajaan shu , kerajaan anda akan bersembunyi di balik LINGKARAN

Apabila anda mengunakan kerajaan WU, kerajaan anda akan mengempur shu dalam ke adaan kebakaran dan menjegat anda di depan gerbang LINGKARAN

di situlah awal kekalahan SHU. 

 Berikut-nya adalah Kerajaan WEIS


 Yang di pimpin Cao-Cao (155 - march 15, 220)
ketika Pemberontakan Turban Kuning pecah pada 184, Cao dipanggil kembali ke Luoyang dan ditunjuk "Kapten Kavaleri yang"  dan dikirim ke Yingchuan untuk menekan para pemberontak. Dia berhasil dan dikirim ke Ji'nan (济南) sebagai Kanselir  untuk mencegah penyebaran pengaruh Turban Kuning sana. Dalam Ji'nan, Cao Cao agresif diberlakukan larangan kultus ortodoks, kuil hancur, dan negara didukung Konfusianisme . Dia tersinggung keluarga terkemuka lokal dalam proses, dan mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang buruk sekitar 187, takut bahwa ia telah menempatkan keluarganya dalam bahaya. [5] Ia ditawari jabatan Administrator Dong Commandery  namun ia menolak dan kembali ke rumahnya di Pei county.Sekitar waktu itu, Wang Fen mencoba merekrut Cao Cao untuk bergabung dengan kudeta untuk menggantikan Kaisar Ling dengan Marquis of Hefei, namun Cao Cao menolak. Plot datang ke apa-apa, dan Wang Fen bunuh diri. [

Du Mu rekening kehidupan Cao menyatakan bahwa dia adalah seorang yang berdisiplin ketat. Dia mencontohkan sebuah insiden, dimana Cao menghukum mati dirinya karena telah membiarkan kudanya menyimpang ke bidang biji-bijian, melanggar hukum militer yang mendikte setiap prajurit yang merusak tanaman jelata 'akan dieksekusi. Namun, sebagai pengganti kehilangan kepalanya, ia dibujuk untuk memenuhi rasa keadilan dengan memotong seikat rambutnya. "Ketika Anda mengeluarkan undang-undang, melihat bahwa itu tidak melanggar, jika tidak taat, pelaku harus dihukum." 




Yang terakhir adalah Kerajaan wu




Sun Jian (Hanzi: 孫堅) (155-191) adalah seorang jendral dan panglima kecil yang terkenal, semasa Dinasti Han Timur akhir. Ia bernama lengkap Sun Wentai, lahir di Fuchun, Kabupaten Wu.
Karier politiknya diawali dengan membasmi bandit-bandit yang saat itu merajalela di wilayah Huiji dan Qiantang. Berjasa dalam pemadaman Pemberontakan "YELLOW TURBAN REBELLION" di daerah tersebut, ia kemudian diberikan jabatan yang memperluas kesempatannya untuk memperkuat diri sendiri di daerah Changsha.
Sewaktu para jenderal perang membentuk aliansi bersama menggulingkan sang perdana menteri zalim, Dong Zhuo, Sun Jian juga turut serta menyumbangkan prajurit dan menyumbangkan ide strategi, saat itu (190 M) Sun Jian beraliansi dengan Yuan Shu. Tentaranya berhasil membunuh Jenderal Hua Xiong, seorang jendral andalan Dong Zhuo (dalam novel Kisah Tiga Negara, dikatakan bahwa Hua Xiong dibunuh oleh Guan Yu, bukan oleh bawahan Sun Jian).
Setelah aliansi bersama dibubarkan, China jatuh ke dalam peperangan masal antara para panglima perang. Tahun 191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu menyerang Liu Biao. Sun Jian terkena panah beracun sewaktu mengejar Jenderal Huang Zu. Ia kemudian digantikan oleh anaknya, Sun Ce yang juga seorang pemimpin yang cakap dan garang, namun seperti ayahnya juga mati di usia muda.




Rabu, 02 Oktober 2013

Masa Tiga Kerajaan (Masa San Guo) atau lebih dikenal dengan istilah Samkok merupakan salah satu masa yang cukup terkenal dalam perjalanan sejarah China. Masa Tiga Kerajaan yang dimaksud adalah Masa terbaginya daratan China menjadi Tiga Kerajaan atau 3 Negara yaitu Kerajaan Shu, Kerajaan Wei dan Kerajaan Wu.
Masa Tiga kerajaan tersebut terjadi Setelah Perang Chi Bi [赤壁之战] pada tahun 208 sampai Dinasti Jin kembali mempersatukan daratan China pada tahun 280. Marga Cao [曹氏] sebagai Raja Negara Wei [魏国], Marga Liu [刘氏] sebagai Raja Negara Shu [蜀国] dan Marga Sun [孙氏] sebagai Raja Negara Wu [吴国].
Pada masa akhir-akhirnya Dinasti Han Timur, Dong Zhuo [董卓]sebagai Perdana Menteri saat itu bertindak semena-mena dan kejam sedangkan kekuasaan pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Dong Zhuo sehingga Kaisar Dinasti Han tidak dapat berbuat banyak terhadap segala tindakan Dong Zhuo. Saat itu, para kepala Negara Adipati, bangsawan dan Jenderal kemudian mendeklarasikan perlawanan terhadap kekuasaan Dong Zhuo. Salah satu diantaranya adalah Cao Cao [曹操] yang pada saat itu menjabat sebagai Kapten Militer Dinasti Han juga ikut serta dalam perlawanan terhadap Dong Zhuo. Semenjak itu, Kekuasaan Cao Cao makin besar dan kuat yang sehingga pada tahun 196 Cao Cao berhasil merebut Kaisar Han Xian Di dari tangan Dong Zuo dan memindahkan Ibukota Dinasti Han ke Xu Chang [许昌] dengan maksud mempergunakan nama Kaisar untuk menaklukan Negara adipati lainnya.  Dengan Strategi tersebut, Cao Cao berhasil menguasai daratan China bagian Utara dengan melenyapkan Kekuasaan Yuan Shu [袁术], Lv Bu [吕布], Zhang Xiu [张绣] dan Yuan Shao [袁绍]. Pada Tahun 208, Cao Cao berencana untuk melenyapkan kekuasan Sun Quan [孙权] di daerah Dong Wu [东吴] dengan memobilisasi sekitar 800 ribu tentara untuk melakukan penyerangan.
Saat itu, Penasehat Militer Liu Bei [刘备]yang bernama Zhu Ge Liang [诸葛亮]berhasil menyakinkan Sun Quan untuk bekerjasama dengannya untuk melawan penyerangan Cao Cao tersebut. Dengan menggunakan taktik serangan api, mereka berhasil mengalahkan Cao Cao yang memiliki kekuatan militer yang jauh lebih besar dari mereka. Liu Bei kemudian mengambil kesempatan untuk menduduki daerah Shu dan Han Zhong sehingga terbentuklah Tiga Kerajaan yang membagikan daratan China menjadi tiga kekuasaan pemerintahaan.
Tahun 215, Cao Cao  memanfaatkan situasi peperangan antara Liu Bei dan Sun Quan di daerah Jing Zhou [荆州] dengan melakukan penyerangan terhadap Han Zhong. Cao Cao berhasil menduduki sementara daerah Han Zhong, tetapi tidak lama kemudian Liu Bei berdamai dengan Sun Quan dan kembali menyerang Cao Cao di Han Zhong, Cao Cao kalah. Pada penyerangan tersebut, Liu Bei berhasil membunuh salah seorang Jenderal terbaik Cao Cao yang bernama Xia Hou Yuan [夏侯渊]. Pada Tahun 219, Tentara Liu Bei yang dipimpin oleh Jenderal Besar Guan Yu [关羽] menyerang Cao Cao di kota Fan Cheng [樊城]. Cao Cao kemudian bersekutu dengan Dong Wu (Sun Quan) melakukan serangan dua arah terhadap Jenderal Besar Guan Yu yang menyebabkan Jenderal Besar Guan Yu terbunuh. Persekutuan Sun dan Liu berakhir.
Satu tahun kemudian, Cao Cao meninggal dunia, anaknya Cao Pi [曹丕] menggantikan ayahnya menjadi Raja Wei. Cao Pi kemudian memaksa Kaisar Han Xian Di untuk mengundurkan diri dari tahta kekaisarannya. Cao Pi mengakui dirinya sebagai Kaisar Negara Wei.
Liu Bei dan Sun Quan juga mengikuti langkah Cao Pi dengan mengakui diri mereka sebagai Kaisar. Liu Bei yang merupakan keturunan Han menggunakan Nama Negara Han tetapi daerah pemerintahannya hanya sebatas Propinsi Yi Zhou [益州] jadi disebut juga sebagai Shu Han [蜀汉]. Sedangkan Sun Quan mengakui dirinya sebagai Kaisar Negara Wu.
Tahun 222, Liu Bei melakukan aksi balas dendam dengan menyerang Dong Wu tetapi penyerangan tersebut berhasil dipukul mundur oleh Jenderal Besar Kerajaan Wu yang bernama Lu Xun. Liu Bei kemudian mundur ke Kota Bai Ti, setahun setelahnya Liu Bei Wafat di Kota Bai Ti. Anak Liu Bei, Liu Chan naik tahta menggantikan ayahnya dan dibantu oleh Zhuge Liang dalam hal pemerintahan Kerajaan Shu Han. Untuk melanjuti cita-cita Liu Bei, Zhuge Liang  melakukan 6 kali penyerangan ke Kerajaan Wei tetapi tidak pernah membuahkan hasil. Zhuge Liang wafat pada tahun 234 saat melakukan penyerangan terakhir kalinya.
Tahun 226 Raja Wei Cao Pi wafat, anaknya yang bernama Cao Rui [曹睿]naik tahta menggantikan ayahnya dengan Sima Yu [司马欲] sebagai pejabat pembantu utamanya sehingga kekuasaan Kerajaan Wei sepenuhnya dikuasai oleh Keluarga Sima. Sima Yu merupakan salah satu Politikus dan ahli Militer yang terkenal dalam sejarah China. Sima Yu beberapa kali melakukan penyerangan ke Han Zhong berhadapan dengan Zhuge Liang dan Jiang Wei yang juga merupakan ahli militer di Kerajaan Shu Han. Tahun 263, Anak Sima Yu yang bernama Sima Zhao mengirim Zhong Hui dan Deng Ai melakukan penyerangan ke Kerajaan Shu. Pada tahun yang sama berhasil memasuki Cheng Du Ibukota Kerajaan Shu, Raja Shu Liu Zhan menyerahkan diri, Kerajaan Shu Han berakhir.
Tahun 265, Anak Sima Zhao [司马昭] yang bernama Sima Yan [司马炎] memaksa Raja Wei Cao Huan [曹奂] melepaskan tahta Rajanya dan menggantikan nama Negara menjadi Jin [晋] beribukota di Luo Yang. Dalam sejarah China disebut sebagai Dinasti Jin Barat dan Sima Yan sebagai Kaisar Jin Wu Di. Pada saat tersebut, Raja Wu adalah Sun Hao [孙皓]. Raja Wu ini tidak peduli terhadap pemerintahan kerajaan sehingga Kaisar Jin Wu Di [晋武帝] (Sima Yan) dengan mudah menduduki Kerajaan Wu. Tahun 280, Kerajaan Wu berakhir. Kaisar Jin Wu Di berhasil mempersatukan kembali Daratan China dibawah kekuasaan Dinasti Jin.
Semenjak akhir Dinasti Han timur, China sering terjadi perperangan yang menyebabkan berkurangnya populasi. Kondisi Ekonomi pun mengalami penurunan, pada Masa Tiga Kerajaan yang berlangsung selama 72 tahun juga memperparah kondisi perekonomian China. Kerajaan Shu maupun Kerajaan Wu pernah mengalami kekurangan bahan pangan yang menyebabkan kelaparan rakyat dan tertundanya aksi militer sehingga Ketiga Kerajaan tersebut meletakan Produksi Pangan pada prioritas pertamanya. Karena keperluan Perang, Teknik pengolahan logam dan pembuatan Kapal mengalami kemajuan yang cukup pesat. Tetapi perperangan yang tiada hentinya membuat pembangunan dan perkembangan di segala bidang melambat.
Selama masa Tiga Kerajaan yang berlangsung 72 tahun, banyak tokoh politik dan ahli militer muncul pada masa tersebut seperti Cao Cao, Liu Bei, Sun Quan, Zhou Yu, Zhuge Liang, Sima Yu, Lu Xun, Zhang Fei, Guan Yu, Ma Chao, Zhao Yun dan masih banyak lagi. Salah satu maha karya “San Guo Yan Yi [三国演义]” mengambil latar belakang Masa Tiga Kerajaan ini sebagai Topik Penulisannya. Disamping itu, juga banyak muncul Game Komputer yang berlatar belakang Masa Tiga Kerajaan ini seperti San Guo Zhi, Zhen San Guo Wu Shuang, Three Kingdom online dan lain sebagainya.

Inilah,10 Jenderal terhebat pada masa 3 kerajaan Cina


Negara Cina merupakan negara yang memiliki peradaban dan sejarah mengenai kerajaan-kerajaan terhebat pada waktu ituyang dikenal dengan sebutan 3 KerajaanKetiga kerajaantersebut memiliki popularitas yang tinggi di dunia. Masing-masing dari kerajaantersebut adalah Kerajaan Shu,Kerajaan Wu, dan Kerajaan WeiKetiga kerajaan tersebut sangat populer hingga cerita dari ketiga kerajaan tersebut dibuat film dan gamenya yaitu Dynasty Warrior. Bagi pecinta film-film yang bertemakan kerajaan pasti sudah tidak asing dengan sejarah 3 kerajaan Cina tersebut. namun dibalik nama besar ketiga kerajaan terdapat para jenderal-jenderal yang memiliki peranan penting dalam membangun nama besarkerajaan tersebut. Ini dia 10 Jenderal Terhebat ada Masa 3 Kerajaan Cina :

1. LuBu
Photobucket
Lü Bu (Hanzi: 呂布; baca: Luî Pù) (153 – 198), nama lengkap Lü Fengxian, lahir di Wuyuan(sekarang Mongolia Dalam) adalah seorang jenderal terkenal dari penghujung zaman Dinasti Handan Tiga Negara.Lu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan ekor, ia memiliki kuda bernama Red Hare (赤兔马; Chìtù mǎ) yang dikenal karena daya tahannya dalam pertempuran. Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut legenda dapat berlari sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari.


2. Guan Yu (Shu)
Photobucket
Guan Yu (Hanzi: 關羽) (160 - 219) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Guan Yu dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie, dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia bernama lengkap Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.
Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).


3. Zhang Fei (Shu)
Photobucket
Zhang Fei (Hanzi:張飛),bernama lengkap Zhang Yide (張益德 / 张翼德), saudara angkat termuda dari Liu Bei dan Guan Yu dan seorang panglima perang terkenal pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan Zhong. Di kalangan Tionghoa Indonesia, ia dikenal juga dengan nama Tio Hoei.
 

4.  ZhaoYun (Shu)
Photobucket
Zhao Yun (Hanzi: 趙雲) (168 - 229) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Ia terakhir mengabdi pada negara Shu Han. Ia lahir di Zhending (sekarang kabupaten Zhengding, provinsi Hebei). Zhao Yun bernama lengkap Zhao Zilong.
Pertama mengabdi kepada Gongsun Zan, ia kemudian tidak menyerah kepadaYuan Shao yang menaklukkan Gongsun Zan. Setelah itu, ia bertemu Liu Bei dan memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Setelah Liu Bei wafat ia menjaga Liu Chan Sampai akhir hayat.


5. Ma Chao (Shu)
Photobucket
Ma Chao (Hanzi:馬超),bernama lengkap Ma Mengqi (馬孟起), putra tertua dari Ma Teng, seorang jendral pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negarakarangan Luo Guan Zhong, Ma Chao juga dikenal sebagai anggota dari Lima Panglima Harimau dari negeri Shu Han.


6. Xiahou Dun (Wei)
Photobucket
Xiahou Dun (Hanzi: 夏侯惇) (? - 220) adalah jendral perang negara Wei. Ia masih berkerabat dengan Cao Cao karena ayahnya diadopsi oleh keluarga Cao.
Ia terkenal dengan panggilan Si Buta Xiahou karena sebelah matanya buta setelah terluka dalam satu pertempuran di tahun 198, ketika ia sedang melawan Lu Bu mata kirinya tertancap panah, kemudian ia memakan matanya sendiri.




7.  Taishi Chi (Wu)
Photobucket
Photobucket
Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah Liu Yao tetapi kemudian melanggar kesetiaannya setelah Liu Yao menolak untuk memperhatikan nasihat strategi yang diajukan oleh Taishi Ci, kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri ke daerah Dangyang, suatu posisi daerah militer yang strategis dan penting sejak zaman Sun Tzu, disana dia mengangkat dirinya sebagai gubenur. Pada suatu perang, pasukan sisa Taishi Ci dengan cepat dapat dikepung oleh pasukan Sun Ce tanpa tandingan, yang kemudian Taishi Ci tertangkap. Taishi Ci memohon untuk dibunuh bersama dengan pasukan dan orang-orangnya, tetapi Sun Ce tidak bersedia dan membujuk dia untuk bergabung. setelah bujukan yang lama dan dijanjikan diberi pangkat dan posisi tinggi di negara Wu, akhirnya Taishi Ci bergabung. Taishi Ci setia sampai akhir hayatnya kepada negara Wu.


8. Zhang Liao (Wei)
Photobucket
Zhang Liao adalah salah satu tokoh Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Pada awalnya Zhang Liao mengabdi pada Lu Bu. Setelah Kematian Lu Bu, Dia mengabdi pada Cao Cao. Dalam pertempuran di He Fei, Dia berhasil memukul mundur 100.000 pasukan Wu hanya dengan 800 prajurit. Dia ditakuti di berbagai tempat dan nama Zhang Liao disebutkan dapat langsung mendiamkan bayi yang sedang menangis.
Dia merupakan pemimpin dari semua jenderal Wei. Ketika Cao-Cao sedang menyerang Han zhong , ia ditugaskan untuk menjaga kota Wan untuk mencegah penyerangan Wu yang bertujuan untuk menyerang He Fei yang merupakan tempat perbekalan bagi Cao Cao yang sedang menyerang Liu Bei didaerah Han zhong. Zhang Liao juga termasuk salah satu jenderal yang paling setia seperti Xiahou Dun dan Xu Chu. Dalam pertempuran melawan Wu dia berhasil mengakibatkan terbunuhnya salah satu jenderal andalan Wu yaitu Taishi Chi. Dalam pertempuran melawan Wu juga akhirnya Zhang Liao gugur dalam peperangan karena terkena panah beracun.



9.  Huang Zhong (Shu)
Photobucket
Huang Zhong (Hanzi:黃忠),bernama lengkap Huang Hansheng (黃漢升), seorang jendral dari Zaman Tiga Negara. Huang Zhong adalah salah satu dari Lima Jenderal Macan Shu Han


10. Gan Ning (Wu)
Photobucket
Gan Ning (?-222) adalah seorang jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Gan Ning sebelumnya adalah seorang perompak. Ia menaruh berberapa bel di bajunya, sehingga musuh tahu kalau dia datang. Setelah menjadi perompak, ia direkrut menjadi bawahan Huang Zu dan Liu Biao. Saat Sun Quan menyerang Huang Zu, Gan Ning berhasil membunuh Ling Cao, salah satu jenderal bawahan Sun Quan sekaligus ayah dari Ling Tong. Hal ini yang membuat Ling Tong sempat dendam dan antipati terhadapnya. Setelah Huang Zu dikalahkan Yuan Shao, Gan Ning menjadi bawahan Yuan Shao. Zhou Yu dan Lu Meng sangat menyambutnya ke Wu. Jasanya juga dipakai dalam Pertempuran Chibi. Namun dia dibunuh oleh Sha Moke pada saat pertempuran Wu melawan Shu di pertempuran Yiling.
  

Sabtu, 28 September 2013

Pasti bagi anda yang suka main game dynasty warrior dan nonton film red cliff dan three kingdom akan penasarankan dengan kisah sejarah the three kingdom zaman tiga kerajaan di cina yang sampai-sampai di buatkan game dan filmnya kan ??

oke, bagi yang tertarik untuk mengetehauinya  legenda nya silakan baca yaw :

Sejarah

   Berawal di penghujung masa dinasti Han cina.Kemorosotan moral,birokrasi dan ketidakcakapan pemerintahan Kaisar menyebabkan ketidakpercayaan rakyat. Diperparah dengan kekuasaan kasim2 kaisar yang selalu melakukan kudeta terhadap kaisar2 mudanya. 

   Hal ini menimbulkan pemberontakan dimana2. pada saat itu munculah pemberontakan besar yg dipelopori oleh Zhang Jiao dengan nama pemberontakan Yellow Turban. Hejin ditunjuk sebagai panglima besar oleh kaisar untuk memberantas pemberontakan tersebut. Namun usaha mereka selama 8 tahun tidaklah berhasil.

Selanjutnya tampuk militer dilanjutkan oleh Yuan Shao karena Hejin telah dibunuh oleh para kasim dan mentri. Namun sekejap mata tampuk militer direbut oleh Dong Zhuo karma berhasil menguasai istana dengan dalih membunuh para mentri dan kasim yg berkhianat kepada He Jin. Dong Zhuo mulai melakukan Tiraninya yg terkenal untuk menguasai seluruh Cina dengan bantuan Pendekar tanpa tanding Lubu.


Yuan Shao tidak tinggal diam, dia memprakarsai aliansi besar yg terdiri dari penguasa2 wilayah seperti Sunjian,Cao Cao,Yuan Shu,Mateng,Liu Zhang, Liu Biao dan Zhang Lu. Berkat usaha dan kecerdikan mereka Lubu berkhianat dan membunuh Dong Zhuo. Akibatnya Negara lemah karena kekaisaran kehilangan kewibawaan. Para penguasa wilayah terpecah2 dan mengaku sebagai raja di wilayahnya masing2. Dan 2 kekuatan paling menonjol pada saat itu adalah Yuan Shao dan Cao cao.Perperangan tidak terelakan dan cao cao memenangkan kekuasaan.

 Cao cao segera melakukan perluasan kekuasaan dan banyak dari penguasa2 daerah yg menyerah. Dan kekuatan militer berada di tangan cao cao dan dia menasbihkan dirinya sebagai Perdana Mentri Han.


Legenda 3 Kerajaan


Cina pecah menjadi 3 wilayah besar yng masing2 pemimpinya menasbihkan dirinya menjadi raja dan bercita2 mempersatukan Cina.Ke 3 wilayah tersebut adalah Shu yang dipimpin oleh Liu Bei dengan basis daerah Hanzhong,Wei yg dipimpin oleh Cao Cao dan Sun Quan adik dari Sunce (sahabat Zhao yu) dan anak dari (harimau dari Jian dong)Sun jian yg memimpin wilayah Wu. Melalui perperangan panjang mereka mencoba untuk saling mengalahkan.




Kisah 3 Saudara
Dalam perperangan akan terlahir para ksatria dan pahlawan. Pada masa penumpasan pemberontakan Yellow Turban banyak rakyat yg mendaftarkan dirinya sebagai tentara, termasuk orang yg bernama Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei. Mereka bertemu di sebuah papan pengumuman perekrutan tentara. Mereka bertiga selalu melewati perperangan dengan kemenangan. Visi Liu Bei yang sederhana namun pro rakyat jelata telah menggugah hati Guan Yu dan Zhang Fei untuk berikrar setia dan menyokong penuh Liu Bei sebagai calon Pemimpin Cina dimasa akan datang. Akhirnya mereka berikrar menggangkat diri sebagai 3 saudara yg tidak terpisahkan. Sepak terjang 3 rakyat jelata mendapat apresiasi besar dari rakyat tapi juga meresahkan hati para penguasa2. Liu Bei tidak tersentuh karna ada 2 orang terkuat cina yg selalu setia berada disampingnya...


Pertempuran Chibi/Tebing Merah :


Pertempuran ini berdampak besar menjadikan China terbagi menjadi 3 kerajaan yaitu Shu, Wu dan Wei.Perperangan ini disebut sangat penting karma disanalah mulai terjadi perimbangan kekuasaan antara Cao cao yg menjabat Perdana Menteri Han melawan koalisi Wu ( sun quan) dan shu (liu bei). Berlokasi di sepanjang sungai panjang dan sungai kuning di utara, menjadikan perperangan ini adalah perperangan di atas air. Pasukan Wu adalah pasukan yg terbiasa bertarung diatas air karena mereka memilki teritori secara geografis dikelilingi sungai2 besar. Sedangkan pasukan cao cao sebaliknya.Pasukan cao cao yg sangat banyak (160.000) di dukung armada kapal yg kuat berhasil dihancurkan berkat koalisi shu dan wu yg hanya berjumlah 50.000 orang. Otak dibalik kemenagan gemilang tersebut adalah penasehat Liubei yg bernama Zhuge Liang dibantu oleh panglima perang wu Zhao Yu dan jendral Cheng pu. Hasil dari pertarungan ini adalah kehancuran keseluruhan pasukan cao cao baik di air (oleh wu) dan di darat (oleh shu).